Rabu, 29 Oktober 2014

Si Cantik Yang Pandai, lagi Pemberani (Nailah binti al-Farafishah)

Nailah binti al-farafishah adalah seorang wanita yang pandai dalam bidang sastrawan dan juga penyair. Dia pintar merangkai kalimat indah.
Selain pandai, dia pun memiliki paras yang cantik serta akhlak yang baik.
Di usia nya yang masih belia yaitu 18 tahun. Dia dilamar oleh seorang khalifah bernama Utsman bin Affan dimana saat itu usianya 81 tahun.
Pada saat Khalifah Utsman hendak melamar Nailah, ada percakapan yang sa¬ngat romantis  terjadi diantara ke duanya. Dimana Nailahmerangkai kata-kata indah sehingga tutur katanya terdengar menyentuh hati.
“Apakah engkau tidak keberatan bila menikah denganku, pria yang sudah sa¬ngat tua?” tanya Khalifah Utsman de¬ngan penuh kelembutan.
Mendengar pertanyaan itu, Nailah tersenyum dan membalas dengan hati-hati dan penuh hormat. Sambil menun¬duk, ia pun berkata, “Saya sungguh me¬nyukai pria yang lebih tua.”
“Tetapi usiaku telah melampaui ke-tuaanku,” ujar Khalifah.
Dengan tersenyum, dan tanpa me¬natap Khalifah, Nailah membalas perta¬nyaan itu, dengan jawaban yang sung¬guh menyentuh hati siapa pun, termasuk Khalifah, “Tetapi masa mudamu sudah kau habiskan bersama Rasulullah SAW. Dan itulah yang membuatku beruntung dan itu lebih dari segala-galanya.”
Akhirnya mereka menikah di Madinah.
Khalifah Utsman sangat kagum pada tutur kata Nailah dan rangkaian kata-katanya yang indah. Selain itu, bijak mengambil keputusan dan keahlian Nailah dalam bidang sastra. Hal itu selalu dipuji oleh suaminya. “Aku tidak pernah menemui seorang wanita yang lebih sempurna akalnya dari dirinya. Aku tidak segan apabila ia mengalahkan akalku.”
Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak perempuan, yang kemudian diberi nama Maryam binti Utsman.
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman, tahun 39 H/661 M terjadi pem¬berontakan. Saat itu rumah Khalifah Utsman dikepung oleh segerombolan pemberontak. Seseorang menerobos masuk dan menyerang dengan pedangnya kearah Utsman sedang memegang mushaf atau Al Qur’an. Tetesan darahnya jatuh pada ayat 137 surah Al Baqarah yang berbunyi, “Maka Allah akan memelihara engkau dari mereka.”
Seseorang pemberontak lain masuk dengan pedang terhunus. Nailahberhasil merebut pedang itu namun si musuh kembali merampas senjata itu, dan menyebabkan jari-jari Nailah terputus Ustman syahid karena sabetan pedang pemberontak. Air mata Nailah tumpah ruah saat memangku jenazah sang suami. Ketika kemudian ada musuh yang dengan penuh kebencian menampari wajah Ustman yang sudah wafat itu, Nailah lalu berdoa, “Semoga Allah menjadikan tanganmu kering, membutakan matamu dan tidak ada ampunan atas dosa-dosamu!”
Dikisahkan dalam sejarah bahwa setelah keluar dari rumah Utsman, si penyerang itu benar-banar tangannya kering dan matanya buta.
Dari kisah diatas dapat kita ambil kesimpulan Ukhty. Yuk mari kita meniru suri tauladannya dengan membiasakan bertutur kata yang baik, jujur dan berani dalam membela kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar